Halal Bi Halal PKBM Al-Zaytun: Momentum Tanamkan Budaya Positif Pasca-Ramadhan
Oleh: Ali Aminulloh
lognews.co.id, Indonesia – Udara pagi masih terasa sejuk ketika halaman Gedung Bazaar Al-Zaytun di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, mulai dipenuhi wajah-wajah penuh semangat. Warga belajar dan para tutor PKBM Al-Zaytun berkumpul dalam suasana penuh kekeluargaan untuk mengikuti kegiatan Halal Bi Halal. Bukan sekadar rutinitas tahunan pasca-Ramadhan, momen ini menjadi ruang belajar yang hidup tempat nilai-nilai pendidikan dikukuhkan dalam tindakan nyata. (12/4/’25)
Acara dibuka dengan lantunan Indonesia Raya tiga stanza. Sebuah penghormatan penuh makna yang menandai dimulainya rangkaian kegiatan. Menyanyikan lagu kebangsaan di awal setiap aktivitas memang sudah menjadi budaya PKBM Al-Zaytun. Di sini, nasionalisme bukan slogan, tapi nafas yang dihirup bersama dalam setiap proses belajar.
Dalam sambutannya, Khoirun, S.H., tutor sekaligus ketua panitia, menyampaikan informasi penting terkait persiapan Ujian Pendidikan Kesetaraan (UPK). Tapi lebih dari sekadar teknis ujian, ia mengajak seluruh warga belajar untuk menghadapi tantangan pendidikan dengan semangat kolaborasi dan kesiapan mental yang kuat.
Momen yang paling dinanti pun tiba taushiyah dari Kepala PKBM, Dr. Ali Aminulloh. Dengan tutur lembut dan isi yang menggugah, beliau menyampaikan pesan-pesan bermakna tentang Ramadhan sebagai “training kehidupan”. Bukan tanpa alasan. Selama sebulan penuh, manusia belajar banyak hal: menahan diri, mengatur waktu, menumbuhkan kepedulian, dan memperkuat ikatan sosial.
Empat nilai pendidikan utama ditekankan oleh Kepala PKBM sebagai warisan Ramadhan yang perlu terus dibawa dalam kehidupan:
Budaya membaca, yang dilatih lewat program one day one juz.
Budaya disiplin, yang terbentuk dari keteraturan hidup selama berpuasa.
Budaya kolaborasi, dari kebiasaan tarawih, buka bersama, dan gotong royong.
Serta budaya filantropi, yang terwujud lewat sedekah, berbagi makanan, hingga pemberian THR.
“Kalau setelah Ramadhan tidak ada perubahan dalam diri, mungkin kita hanya mendapat lapar dan dahaga dari puasa,” ujar Dr. Ali, mengutip sabda Nabi. Sebuah peringatan lembut namun dalam, yang menggugah siapa pun untuk merefleksikan ibadahnya.
Setelah sesi taushiyah, seluruh peserta saling bersalaman dalam suasana haru. Mushafahah ini bukan hanya simbol maaf, tetapi jembatan emosional yang menghubungkan hati antara tutor dan warga belajar. Di sinilah pendidikan menjelma menjadi relasi bukan sekadar transfer ilmu, tetapi pertalian batin.
Keceriaan mulai mewarnai halaman saat Ustadzah Nurdiana memimpin senam bersama. Diiringi lagu-lagu yang enerjik, gerakan senam menjadi ajang lepas tawa dan semangat. Anak-anak muda, orang dewasa, bahkan tutor-tutor pun ikut larut dalam suasana gembira. Ada tawa, ada canda, dan tentu saja ada kebersamaan yang menguatkan.
Setelahnya, seluruh warga belajar bergerak serempak untuk membersihkan ruang kelas. Tiga pekan kosong selama Ramadhan membuat ruangan perlu dirapikan kembali. Dengan sapu di tangan dan senyum di wajah, mereka menunjukkan rasa memiliki terhadap ruang belajar—menjadikan kebersihan sebagai bagian dari proses pendidikan.
Kegiatan ditutup dengan makan bersama. Setiap angkatan membawa makanan khas Lebaran, lalu berkumpul dengan tutor mereka. Tidak ada protokoler, tidak ada sekat. Hanya tawa, kisah lucu, dan momen-momen hangat yang akan mereka kenang lama.
Halal Bi Halal kali ini bukan hanya perayaan. Ia adalah laboratorium nilai, tempat pendidikan hidup dan berdenyut dalam tindakan. Di PKBM Al-Zaytun, pendidikan bukan sekadar kurikulum, tapi kehidupan itu sendiri.
sumber :