Revitalisasi Pendidikan dan Ketahanan Bangsa: Pesan Strategis dari Bimter MTs Al-Zaytun 2025
INDRAMAYU – Dalam suasana khidmat yang menyentuh batin, Bimbingan Terpadu (Bimter) siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Zaytun angkatan ke-24 tahun 2025 menjadi ajang penting untuk menggugah kesadaran kolektif tentang masa depan pendidikan Indonesia. Tidak sekadar seremoni, kegiatan ini menjadi ruang refleksi strategis untuk menjawab tantangan bangsa melalui pendidikan.
Tampil sebagai narasumber utama, Datuk Sir Imam Prawoto, KRSS., MBA., CRBC., menyampaikan mudzakarah yang menggugah. Ia menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi arena perjuangan membentuk manusia unggul—berpikir global, berjiwa lokal, dan berakar pada nilai-nilai luhur bangsa.
Menanam Semangat Keilmuan sejak Dini
Mengawali pesannya, Datuk Imam mengangkat kembali peran penting Syaykh Abdussalam Panji Gumilang, tokoh pendidikan nasional yang kini menempuh studi doktoral bidang hukum. Menurutnya, Syaykh Panji adalah sosok visioner yang menghadirkan model pendidikan terpadu berbasis nilai-nilai spiritual, intelektual, dan kemandirian.
“Anak-anak jangan berhenti belajar di satu jenjang. Raihlah S2, bahkan S3. Itu bukan ambisi pribadi, melainkan kebutuhan strategis bangsa,” tegasnya kepada para siswa.
Pendidikan sebagai Pilar Peradaban
Dalam mudzakarah itu, ditegaskan bahwa Al-Zaytun bukan sekadar lembaga pendidikan, tetapi tempat menanam benih peradaban. Pendidikan harus melahirkan manusia berakhlak, bertauhid, dan mandiri. Sistem berasrama yang diterapkan Al-Zaytun—dari pangan, kurikulum, hingga etika kehidupan—menjadi pilot project pendidikan nasional.
Datuk Imam mengungkapkan, model pendidikan semacam ini sedang diperjuangkan untuk direplikasi di 500 titik kabupaten di Indonesia. Tujuannya: membentuk generasi pemimpin yang siap menyongsong Indonesia Emas 2045, dengan karakter kuat dan wawasan global.
Kemandirian Pangan dan Ekonomi: Fondasi Ketahanan Bangsa
Salah satu isu sentral yang diangkat adalah kemandirian pangan. Dengan mengutip istilah “paceklik” dan peringatan Prabowo Subianto tentang potensi kehancuran bangsa di 2030, Datuk Imam menekankan pentingnya kedaulatan atas sumber daya pangan dan energi.
“Bangsa yang tidak mampu mengelola pangannya sendiri akan terpuruk,” ujarnya.
Al-Zaytun telah memulai inisiatif konkret: dari pertanian terpadu hingga pengembangan blue economy di kawasan pesisir Eretan hingga Sukra. Ini bukan sekadar proyek lokal, tetapi strategi nasional yang relevan dengan agenda pemerintah dalam membangun ketahanan pangan.
Revolusi Pendidikan untuk Menjawab Tantangan Global
Pesan besar yang digulirkan adalah urgensi revolusi pendidikan—membebaskan diri dari sistem warisan kolonial dan menanamkan nilai-nilai Pancasila serta Piagam Madinah dalam sistem pembelajaran.
“Pancasila bukan hanya untuk diterima, tapi diimani. Dari sini lahir pemimpin yang berintegritas,” tegas Datuk Imam.
Ia mengingatkan bahwa tantangan global seperti perang dagang, neokolonialisme, hingga krisis identitas bangsa, hanya bisa dihadapi jika pendidikan kita berpihak pada kemandirian dan karakter.
Dari Al-Zaytun untuk Indonesia, dari Indonesia untuk Dunia
Bimter 2025 bukan sekadar agenda tahunan. Ia menjadi bukti bahwa Al-Zaytun tidak diam menghadapi tantangan zaman, tetapi tampil sebagai agen perubahan. Pendidikan di sini bukan untuk sekadar mencari pekerjaan, tetapi membentuk manusia visioner—yang berpikir jernih, bermoral kuat, dan siap memimpin dunia.
“Al-Zaytun hadir bukan untuk mengeluh, tetapi untuk bertindak,” pungkasnya.
📅 Kegiatan ini berlangsung pada Kamis, 15 Mei 2025, dan disarikan oleh Ali Aminulloh.